KARAKTERISTIK
KEWIRAUSAHAAN, MOTIVASI BERPRETASI
TERHADAP
KEINGINAN BERWIRAUSAHA MAHASISWA
Oeh
:
Alan
Hasan
ABSTRAK
Kewirausahaan
merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat
hidup yang lebih baik dan bermutu. Kewirausahaan sangat besar peranannya di
dalam perkembangan pertumbuhan ekonomi. Peran kewirausahaan telah teruji dengan
adanya krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia. Kewirausahaan yang
berbasis pada ekonomi rakyat ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit.
Untuk itu perguruan tinggi sebagai lembaga yang menjadi salah satu panutan
masyarakat dapat mendorong budaya berwirausaha. Perguruan tinggi diharapkan
juga mampu menciptakan wirausahawan-wirausahawan yang handal, sehingga mampu
meberi dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk berwirausaha.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan, motivasi berprestasi
dan self efficacy terhadap keinginan berwirausah. Pengumpulan data dilakukan
dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuisioner kepada responden. Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa : Karakteristik Kewirausahaan berpengaruh
positif signifikan terhadap Keinginan Berwirausaha.
Kata
Kunci : Karakteristik Kewirausahaan
Terhadap Keinginan Berwirausaha Mahasiswa
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan
usaha. Wira berarti pejuang, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah
berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat
sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
Kewirausahaan
merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih baik dan
bermutu. Kewirausahaan sangat besar peranannya di dalam perkembangan pertumbuhan
ekonomi. Oleh karena itu, peran
mahasiswa, khususnya mahasiswa manajemen sangat besar maknanya bagi pengembangan
ekonomi nasional. Dengan demikian
seharusnya mahasiswa manajemen lebih memiliki niat
untuk menjalankan bisnis dengan kemadirian tinggi. (Tjahjono, 2008:2)
Peran
kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis ekonomi yang melanda
bangsa Indonesia.
Kewirausahaan yang berbasis
pada ekonomi rakyat
ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Untuk itu perguruan tinggi sebagai lembaga yang
menjadi salah satu panutan masyarakat dapat mendorong
budaya berwirausaha.
Perguruan tinggi diharapkan
juga mampu menciptakan
wirausahawan-wirausahawan yang handal,
sehingga mampu meberi dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen
masyarakat yang terdidik, sebagai harapan masyarakat dapat membuka lapangan
kerja, dengan menumbuhkan niat
berwirausaha. (Tjahjono, 2008:2)
Mahasiswa
yang menekuni ilmu manajerial khususnya
kewirausahaan, diharapkan memiliki jiwa wirausaha yang tinggi, sehingga hal ini akan mampu membuka lapangan
kerja yang lebih luas. Dengan
kondisi tersebut, maka perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk mampu menyiapkan anak didiknya, khususnya
jurusan manajemen untuk menjadi wirausaha yang unggul. Mahasiswa jurusan
manajemen, supaya tidak
mengantungkan kerja di orang lain, tetapi diperlukan keberanian untuk membuka usaha sendiri atau berwirausaha.
(Tjahjono, 2008:2)
Kondisi
seperti dijelaskan di atas, tentu menjadikan para mahasiswa berani mengambul
keputusan untuk berwirausaha.
Bagi banyak orang,
keputusan berwirausaha merupakan perilaku dengan keterlibatan tinggi
(high involvement) karena
dalam mengambil keputusan akan melibatkan faktor internal seperti
kepribadian, persepsi, motivasi, pembelajaran (sikap), faktor eksternal seperti
keluarga, teman, tetangga dan
lain sebagainya (norma subyektif). Kemudian mengukur kontrol keperilakuan yang
dirasakan (perceived control behavior) yaitu suatu kondisi bahwa orang percaya tindakan itu mudah atau sulit untuk
dilakukan dengan memahami berbagai risiko
atau rintangan-rintangan yang ada apabila mengambil tindakan tersebut. (Tjahjono, 2008:2)
Di samping
itu, menurut pengamat
aktivitas kewirausahaan (Entrepreneurial activity) yang relatif masih
rendah. Entrepreneurial activity diterjemahkan sebagai
individu aktif dalam
memulai bisnis baru
dan dinyatakan dalam persen total
penduduk aktif bekerja. Semakin rendah indek entrepreneurial activity maka semakin rendah level entrepreneurship
suatu negara, dan dampaknya pada tingginya
pengangguran. Kondisi di atas mengisaratkan betapa masalah pengangguran menjadi
masalah yang sangat serius.
Beberapa
pihak menyoal keberadaan lulusan perguruan tinggi saat ini (Siswoyo,
2009: 114). Menurut Hendarman,
Direktur Kelembagaan Dikti Depdiknas
menyatakan ”data
pengangguran terdidik di
Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya.” Pemerhati kewirausahaan
menyatakan bahwa sebagian besar lulusan
Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai
pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal
ini disebabkan sistem
pembelajaran yang diterapkan
di berbagai perguruan
tinggi saat ini,
yang umumnya lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh
pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan
untuk menciptakan pekerjaan.
Ciputra (dalam Direktorat Kelembagaan Dikti, 2009) menyatakan: ”Mahasiswa
dari berbagai disiplin ilmu jangan
hanya diajarkan bagaimana bisa bekerja dengan baik, tetapi dipacu untuk
bisa menjadi pemilik dari usaha-usaha sesuai latar belakang ilmu mereka,”.
Pendidikan harus
dijalankan dengan kreatif.
Pendidikan kewirausahaan
harusnya membekali mahasiswa untuk mandiri dan tidak berorientasi menjadi pencari kerja ketika yang bersangkutan
menyelesaikan studinya. Hal ini
menurut Sadino (2008) dalam Siswoyo (2009: 115) mengatakan sebagai dampak dari sistem pendidikan
Indonesia yang kebanyakan masih
menggunakan prinsip belajar untuk tahu, bukan untuk melakukan sesuatu.
Fenomena
di atas seharusnya dapat dijadikan bahan pemikiran, bagaimana
agar dapat menciptakan lapangan
kerja baru yang dapat menampung
karyawan, tidak lagi berpikir untuk
mempersiapkan diri menjadi
calon karyawan yang mencari pekerjaan, terutama bagi individu yang terdidik, misalnya mahasiswa.
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas,maka penulis mengambil inisiatif
untuk mengangkat judul yang berhubungan dengan Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan,Motivasi Berprestasi Terhadap
Keinginan Berwirausaha Mahasiswa.
I.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran
pada latar belakang
tersebut diatas, maka penulis
merumuskan permasalahan, yaitu :
1.
Apakah Karakteristik
Kewirausahaan berpengaruh terhadap
keinginan berwirausaha
?
2.
Apakah
Motivasi Berprestasi berpengaruh terhadap keinginan berwirausaha ?
3.
Bagaimana
sikap wirausaha yang dikembangkan?
I.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan yang hendak
dicapai berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun meliputi :
1.
Untuk
mengetahui karakteristik dan pengaruh kewirausahaan terhadap keinginan
berwirausaha khususnya para mahasiswa.
2.
Untuk
menganlisis pengaruh motivasi terhdap keinginan
berwirausaha
3.
Untuk
mengetahui sikap wirausaha yang perlu dikembangkan.
I.4
Manfaat Penelitian
Dalam penulisan ini, Penulis berharap dapat
memberikan manfaat bagi setip pembaca yang meliputi:
1.
Dengan adanya
penelitian ini dapat
membarikan masukan bagi perusahaan di dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
2.
Dengan adanya
penelitian ini dapat
memberikan kesempatan kepada
penulis untuk membahas mengenai ilmu-ilmu yang diterima selama masa perkuliahan ke dalam praktek lapangan.
penulis untuk membahas mengenai ilmu-ilmu yang diterima selama masa perkuliahan ke dalam praktek lapangan.
3.
Sebagai
bahan informasi bagi peneliti lain apabila akan mengadakan penelitian lebih lanjut.
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1.
Karakteristik Kewirausahaan
Wirausahawan yang unggul yang mampu menciptakan kreativitas
dan inovasi sebagai dasar untuk hidup, tumbuh dan berkembang umumnya memiliki
karakteristik atau ciri-ciri yang merupakan proses jangka panjang berdasarkan
pengalaman dan pendidikan. Beberapa karakteristik yang melekat pada diri
wirausahawan (Zimmerer, and Scarborough, 1998; Kuratko & Hoodgets, 2007)
sebagai berikut:
1.
Desire for responsibility
Wirausaha yang unggul
merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia lakukan.
Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya sumberdaya yang dimiliki dan
menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang
berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas usaha
yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung risiko usaha seperti: risiko
keuangan, risiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu
meminimalkan risiko.
2. Tolerance for ambiguity
Ketika kegiatan usaha
dilakukan, mau-tidak mau harus berhubungan dengan orang lain, baik dengan karyawan,
pelanggan, pemasok bahan, pemasok barang, penyalur, masyarakat, maupun aturan
legal formal. Wirausaha harus mampu menjaga dan mempertahankan hubungan baik
dengan stakeholder. Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hat yang biasa.
Kemampuan untuk menerima keberagaman merupakan .suatu ciri khas wirausaha guna
menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka panjang.
3.
Vision
Wirausaha yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan
yang jelas kedepan yang harus dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi,
cita-cita dan motivasi mengapa perusahaan hidup, dan wirausaha akan
menterjemahkan ke dalam tujuan, kebijakan, anggaran, dan prosedur kerja yang
jelas. Wirausaha yang tidak jelas visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa
arah yang jelas, sehingga kecenderungan untuk gagal sangat tinggi.
4.
Tolerance
for failure
Usaha yang berhasil
membutuhkan kerja keras, pengorbanan balk waktu biaya dan tenaga. Wirausaha
yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan sering
mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai
kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap kegagalan
usaha.
5.
Internal
locus of control
Didalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri
yang dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang unggul adalah yang
memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri.
Kerasnya tekanan kehidupan, persaingan binis, perubahan yang begitu cepat dalam
dunia bisnis akan meningkatkan tekanan kejiwaan balk mental, maupun moral
dalam kehidupan keseharian. Wirausaha yang mampu mengendalikan dirinya sendiri
akan mampu bertahan dalam dunia bisnis yang makin komplek.
6.
Continuous Improvement
Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, mengangap
pengalaman sebagai sesuatu yang berharga dan melakukan perbaikan
terus-menerus. Pengusaha selalu mencarihal-hal baru yang akan memberikan
manfaat balk dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki
tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif yang akan membawa
konsekuensi menguntungkan dimasa depan.
7.
Preference for moderate risk.
Dalam kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan
intensitas risiko. Sifat wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke
dalam 3 macam sifat mengambil resiko, yaitu risk seeking (orang yang suka
dengan risiko tinggi), moderat risk (orang yang memiliki sifat suka mengambil
risiko sedang), dan risk averse (orang memiliki sifat suka menghidari risiko)
Pada umumnya wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko
yang moderate/sedang, di mana ketika mengambil keputusan memerlukan
pertimbangan yang matang, hal ini sejalan dengan risiko wirausaha yang apabila
mengalami kegagalan di tanggung sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis
dengan tingkat pemahaman pribadi yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan
(Zimmerer, and Scarborough, 1998)
8.
Confidence in their ability to success.
Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas
kemampuan diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk
meiakukan banyak hal dengan baik dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis
terhadap peluang keberhasilan dan optimisme, biasanya berdasarkan kenyataan.
Tanpa keyakinan kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan
menurunkan semangat juang dalam melakukan bisnis.
9.
Desire for immediate feedback.
Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menunut
wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan
dan berkembang. Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan
respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu
ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi
perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia
bekerja dan mencari pengakuan atas prestasi secara terus-menerus.
10.
High energy level
Wirausaha pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi
dalam melakukan kegiatan usaha sejalan dengan risiko yang ia tanggung.
Wirausaha memiliki semangat atau energi yang cukup tinggi dibanding kebanyakan
orang. Risiko yang harus ditanggung sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja
keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bergairah dan mampu menggunakan
daya geraknya, ulet tekun dan tidak mudah putus asa.
11.
Future orientation
Keuntungan usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu
melihat peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besuk, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggui selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkatkan kinerja usaha.
melihat peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besuk, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggui selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkatkan kinerja usaha.
12.
Skill at organizing
Membangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengorganisasi
sumberdaya yang dimiliki berupa sumber-sumber ekonomi berujud maupun sumber
ekonomi tak berujud untuk mendapat manfaat maksimal. Wirausaha memiliki
keahlian dalam melakukan organisasi balk orang maupun barang. Wirausaha yang
unggul ketika memiliki kemampuan portofolio sumberdaya yang cukup tinggi
untuk dapat bertahan dan berkembang.
13.
High Commitment
Memunculkan usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang
tinggi agar berhasil. Disiplin dalam bekerja dan pada umumnya wirausaha
membenamkan diri dalam kegiatan tersebut guna keberhasilan cita-citanya.
Scarborough, et.all (2006) mengungkapkan step, langkah terakhir seorang
wirausaha untuk meningkatkan kreativitas pendorong kewirausahaan adalah “work,
work, work,….”
14.
Flexibility
Perubahan yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan
wirausaha untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin
berhasil. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan merupakan modal
dasar dalam berusaha, bertumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan dengan
kolega seperti; kemampuan menyesuaikan diri dengan perilaku wirausaha lain,
kemampuan bernegosiasi dengan kolega mencerminkan kompentensi wirausaha yang
unggul.
II.2 Motivasi Berpretasi
Motivasi berpretasi tercermin dari setiap apa yang
dihasilkan oleh mahasiswa dalam hal pnegembangan diri dan mampu bersosialisasi
dengan orang banyak. Sifat dari mahasiswa juga merupakan factor terpenting
dalam pengembangan jiwa wirausaha setiap individu mahasiswa itu sendiri. Adapun
tolok ukur dalam kewirausahaan didasari oleh cirri dan sifat kewirausahaan.
Ciri-ciri
dan Sifat kewirausahaan
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap
orang memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan.
Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
·
Percaya
diri
·
Berorientasikan
tugas dan hasil
·
Pengambil
risiko
·
Kepemimpinan
·
Keorisinilan
·
Berorientasi
ke masa depan
·
Jujur
dan tekun
Sifat-sifat
seorang wirausaha adalah:
·
Memiliki
sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
·
Selalu
berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan
ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki
inisiatif.
·
Memiliki
kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
·
Bertingkah
laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran
dan kritik yang membangun.
·
Memiliki
inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan
bisnis yang luas.
·
Memiliki
persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
·
Memiliki
keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.
II.3. Sikap Wirausaha
Dari daftar ciri dan
sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang
wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
Disiplin
Dalam melaksanakan
kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti
dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap
tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu
ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya.
Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering
menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat
menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap
komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan
komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat
tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem
kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan
yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan
sistem kerja.
Komitmen Tinggi
Komitmen adalah
kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap
dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang
wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif
(berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat
dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan
dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain
terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan
konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan,
penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang wirausahawan yang
teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata
konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari
konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya
tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
Jujur
Kejujuran merupakan
landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan.
Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik
produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang
dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran
mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan
olehwirausahawan.
Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan
persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang
tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang
maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang
telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat
dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius
yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah
dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
Mandiri
Seseorang dikatakan
“mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa
adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau bertindak,
termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak
lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang
wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri
dalam memenuhi kegiatan usahanya.
Realistis
Seseorang dikatakan
realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan
berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/
perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun
pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak
realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena
itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/
sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang
sedang dirintis.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Keinginann berwirausaha
memang sangat sulit untuk dijalankan oleh kebanyakan orang,khususnya para
mahasiswa. Akan tetapi memberikan ilmu pengetahuan mengenai wirausaha sangatlah
penting untuk diajarkan oleh para pendidik khususnya para dosen pengajar mata
kuliah tersebut. Disatu pihak ini menjadi sebuah tantangan bagaimana caranya
untuk menumbuhkan jiwa usaha terhadap orang banyak,namun dilain pihak ini
menjadi sebuah keharusan bagi para pendidik untuk memperkenalkan,mengajarkan, dan
memberikan ilmu pengetahuan mengani wrausaha dan bagaimana kita bisa terjun ke
dunia tersebut dalam hal ini dunia usaha itu sendiri.
Saran
Sebagai mahasiswa,pengetahuan
tentang kewirausahaan memang harus dimiliki, karena memang setiap mahasiswa
memperoleh mata kuliah tentang kewirausahaan. Namun untuk menumbuhkan jiwa
wirausahawan terhadap setip orang khususnya para mahasiswa memang sangat sulit,
apa lagi bisa sampai terjun ke dunia tersebut yaitu dunia usaha. Dalam hal ini
peran pendidik sangatlah penting untuk memperkenalkan bagaimana sebenarnya
dunia usaha tersebut. Untuk itu, mengajarkan ilmu pengetahuan tentang wirausaha
tidak hanya berdasarkan teori, akan tetapi harusnya lebih pada pengimplementasiannya.
Karena setiap orang khususnya para mahasiswa memiliki cara pandang tersendiri
mengenai hal bagaimana ia bisa terjun dan memerankan peran sebagai
wirausahawan.
DAFTAR PUSTAKA
Aaltonen, Priscilia Gaudet, 2004.
“Customer Relationship Marketing and Effects
of Demographics and Technology on
Customer Satisfaction and Loyalty in
Financial
Services,” Dissertation, Old Dominion University.
Masykur
Wiratmo, Pengantar Kewiraswastaan Kerangka Dasar
Memasuki Dunia Bisnis, BPFE
. UGM Yogyakarta, edisi Pertama;