Kenang Ibu, Sayangi Ayah..
Kedua orang tua merupakan alasan nyata,
hidup dan tak terbantahkan bahwa kita dilahirkan, bahwa kita di
ciptakan dan bahwa kita hadir di muka Bumi ini.
Kehidupan kita memang hanya sebuah
kefanaan semata, namun kalau bukan mereka kita tidak akan hadir
menyaksikan dan merasakan kefanaan ini. Ya, Dunia memang hanya
bersifat fana, namun untuk hidup di dalamnya, kita perlu kehidupan
dan penghidupan yang tentunya mengurai segala rasa yang kita miliki
baik Sedih, Duka, Senang, Bahagia dan segala rasa yang kita rasakan
dengan kepekaan kita. Di dalam rentan waktu yang kita lalui selama
hidup, deangan hadrinya mereka (orang tua) hidup kita begitu banyak
mengalami berbagai efek kepekaan dari segala peristiwa yang terjadi.
Kedua orangtua adalah sosok panutan
kita, sebelum kita bersentuhan dengan dunia luar, merekalah orang
pertama yang kita tiru, kita jadikan contoh bagi kita dalam bergerak
termasuk melakukan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan. Di
mulai saat kita masih kecil hingga kita remaja, dewasa bahkan kita
sudah memiliki anak pun masih menjadi panutan untuk kita. Mereka
adalah dunia kita, idola sekaligus pahlwan bagi kita. Tanpa kasih
sayang, perhatian dan dasar hidup yang mereka tanamkan, kita bukanlah
siapa-siapa.
Adalah Ayah dan Ibu, Merekala yang
menjadi kenderaan kita hingga sampai lahir di dunia dan kini cerita
kehidupan kita berawal.
6 Tahun sudah waktu berjuangmu telah
kau lalui (Ayah), dan Setahun sudah nikmat hidupmu telah berlalu
(Ibu). Sebahagia-bahagianya diriku adalah ketika dengan kalian,
Sesulit-sulitnya kehidupanku takan terasa ku jalani jika bersama
kalian.
Banyak yang terdiam, membisu seakan tak
percaya, dan tak mengerti apa yang sebenarnya di jelaskan sang
pencipta tentang kejadian yang aku dan keluargaku alami. Namun inilah
fakta dari sebuah keniscayaan sang Khalid, bahwa yang namanya
kehidupan pasti berpasangan dengan kematian. bahwa yang namanya siang
pasti ada malam, yang namanya suka pasti ada duka, yang namanya gelap
pasti ada terang.
Ibu,,pelukanmu masih terasa hangat saat
kudekap tanganku di dadaku, Ayah... Peganganmu begitu erat bahkan tak
mampu terlepas saat ini masih ku rasakan.
Ibu.. senyum manis, bahagiamu masih
terkenang di ingatanku, Ayah.. sebelum waktumu berhenti, izinkanlah
aku merangkulmu serat-eratnya sama seperti eratnya pegangan tanganmu
padaku.
Ibu, izinkan aku memeluk hatimu agar
aku merasakan apa yang engkau rasakan dari sakit yang tak menangis
Ibu.. jika waktu bahagiaku hadir, ku
ingin engaku memandangku, menatapku, walaupun hanya dalam tatapan
isyarat, rangkullah aku, dekaplah aku, berilah aku sentuhan tanganmu.
Ayah.. Jika rasa kecewamu, bahagiamu,
sedihmu, bernaung dalam hatimu, aku mohon dan berharap ungkaplah
padaku, sehingga tak akan ada rasa kecewa yang terulang padaku. Kini
hanya engkau seolah belahan jiwa yang telah menghadirkanku, do'aku
selalu untukmu tanpa melupakn do'aku terhadap dia yang telah
mendahului kita (Ibu).
Terkadang dalam bersedih, ayah lebih
memilih untuk berdiam. Karena dia memang tak mampu untuk menangis .
Ayah yang tak banyak bicara, yang
terkesan tidak perduli, tetapi sesungguhnya yang ada dalam hatinya
hanya kita. Ayah, maafkanlah aku. Aku percaya, di dalam hatimu selalu
ada tangis yang tak pernah terdengar olehku
Jangan mencela kegelapan, tapi buatlah seberkas cahaya untuk meneranginya
Sayangilah ayahmu, selagi masih sama-sama bisa saling tersenyum sebelum kamu menangis sendirian.
Jangan mencela kegelapan, tapi buatlah seberkas cahaya untuk meneranginya
Sayangilah ayahmu, selagi masih sama-sama bisa saling tersenyum sebelum kamu menangis sendirian.