Selasa, 06 Juni 2017

Kenang Ibu, Sayangi Ayah

Kenang Ibu, Sayangi Ayah..

Kedua orang tua merupakan alasan nyata, hidup dan tak terbantahkan bahwa kita dilahirkan, bahwa kita di ciptakan dan bahwa kita hadir di muka Bumi ini.
Kehidupan kita memang hanya sebuah kefanaan semata, namun kalau bukan mereka kita tidak akan hadir menyaksikan dan merasakan kefanaan ini. Ya, Dunia memang hanya bersifat fana, namun untuk hidup di dalamnya, kita perlu kehidupan dan penghidupan yang tentunya mengurai segala rasa yang kita miliki baik Sedih, Duka, Senang, Bahagia dan segala rasa yang kita rasakan dengan kepekaan kita. Di dalam rentan waktu yang kita lalui selama hidup, deangan hadrinya mereka (orang tua) hidup kita begitu banyak mengalami berbagai efek kepekaan dari segala peristiwa yang terjadi.

Kedua orangtua adalah sosok panutan kita, sebelum kita bersentuhan dengan dunia luar, merekalah orang pertama yang kita tiru, kita jadikan contoh bagi kita dalam bergerak termasuk melakukan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan. Di mulai saat kita masih kecil hingga kita remaja, dewasa bahkan kita sudah memiliki anak pun masih menjadi panutan untuk kita. Mereka adalah dunia kita, idola sekaligus pahlwan bagi kita. Tanpa kasih sayang, perhatian dan dasar hidup yang mereka tanamkan, kita bukanlah siapa-siapa.

Adalah Ayah dan Ibu, Merekala yang menjadi kenderaan kita hingga sampai lahir di dunia dan kini cerita kehidupan kita berawal.

6 Tahun sudah waktu berjuangmu telah kau lalui (Ayah), dan Setahun sudah nikmat hidupmu telah berlalu (Ibu). Sebahagia-bahagianya diriku adalah ketika dengan kalian, Sesulit-sulitnya kehidupanku takan terasa ku jalani jika bersama kalian.

Banyak yang terdiam, membisu seakan tak percaya, dan tak mengerti apa yang sebenarnya di jelaskan sang pencipta tentang kejadian yang aku dan keluargaku alami. Namun inilah fakta dari sebuah keniscayaan sang Khalid, bahwa yang namanya kehidupan pasti berpasangan dengan kematian. bahwa yang namanya siang pasti ada malam, yang namanya suka pasti ada duka, yang namanya gelap pasti ada terang.

Ibu,,pelukanmu masih terasa hangat saat kudekap tanganku di dadaku, Ayah... Peganganmu begitu erat bahkan tak mampu terlepas saat ini masih ku rasakan.

Ibu.. senyum manis, bahagiamu masih terkenang di ingatanku, Ayah.. sebelum waktumu berhenti, izinkanlah aku merangkulmu serat-eratnya sama seperti eratnya pegangan tanganmu padaku.
Ibu, izinkan aku memeluk hatimu agar aku merasakan apa yang engkau rasakan dari sakit yang tak menangis

Ibu.. jika waktu bahagiaku hadir, ku ingin engaku memandangku, menatapku, walaupun hanya dalam tatapan isyarat, rangkullah aku, dekaplah aku, berilah aku sentuhan tanganmu.

Ayah.. Jika rasa kecewamu, bahagiamu, sedihmu, bernaung dalam hatimu, aku mohon dan berharap ungkaplah padaku, sehingga tak akan ada rasa kecewa yang terulang padaku. Kini hanya engkau seolah belahan jiwa yang telah menghadirkanku, do'aku selalu untukmu tanpa melupakn do'aku terhadap dia yang telah mendahului kita (Ibu).

Terkadang dalam bersedih, ayah lebih memilih untuk berdiam. Karena dia memang tak mampu untuk menangis .
Ayah yang tak banyak bicara, yang terkesan tidak perduli, tetapi sesungguhnya yang ada dalam hatinya hanya kita. Ayah, maafkanlah aku. Aku percaya, di dalam hatimu selalu ada tangis yang tak pernah terdengar olehku

Jangan mencela kegelapan, tapi buatlah seberkas cahaya untuk meneranginya
Sayangilah ayahmu, selagi masih sama-sama bisa saling tersenyum sebelum kamu menangis sendirian.