Senin, 25 Juni 2012

Olah Rasa Kasih Sayang bagian ke 2

Kala itu ayahku sedang mengidap penyakit yang sebenarnya kami sekeluarga juga tidak mengetahuinya,, terutama aku, Aku yg hanya sibuk memikirkan kuliahku dan kesibukanku sampai-sampai Ayahku sakit pun aku tidak tau, sampai pada satu waktu,ketika aku lagi sibuk-sibuknya kuliah, aku mendapat kabar bahwa Ayahku akn d rujuk ke Rumah Sakit karena sakitnya sudah parah. Aku terkejut mendengar kabar itu, dan semua yang ada dalam fikiranku hanya Ayah,Ayah,Ayah dan Ayah. sembari aku bertanya dalam hati "Bagaimana keadaan Ayahku saat ini ?!" dengan keadaan panik dan terburu-buru aku bergegas ke Rumah Sakit meninggalkan kuliahku yang saat itu masih berlangsung. Aku tersadar bahwa saat itu aku pergi meninggalkan perkuliahan begitu saja tanpa pamitan atau minta izin kepada dosen yang mengajar saat itu, bahkan teman-teman ku pun juga tidak ada yang tau. Dan hal ini sengaja aku lakukan, karena sebenarnya aku tidak ingin kejadian musibah yang menimpa keluargaku, sampai diketahui oleh Dosen dan teman-temanku. Aku sayang teman-temanku, dosen-dosenku dan orang-orang yang ada di sekitarku, untuk itu aku sengaja tidak memberitahukan hal ini karena aku tidak mau kalian juga akan merasakan kepedihan cobaan yang aku dan keluargaku alami. Aku tidak mau merepotklan kalian dan karena itu aku sayang kalian semua. 
Maafkan aku,,
cerita ini hanya bagian kecil interpretasi kasih sayang yang aku tunjukkan selain kepada kedua orang tuaku. 
Bersambung..

Selasa, 05 Juni 2012

Makalah Kewirausahaan "Organisasi"

MAKALAH
”ORGANISASI”
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan (softkill)
Dosen Pengajar :Bpk. Idris Yanto Niode S.Pd MM

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.
            Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT karena berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah matakuliah kewirausahaan ini dengan topik Organisasi. Makalah ini dilakukan sehubungan dengan tugas yang diberikan dosen kami bpk.Budiman untuk memenuhi nilai matakuliah kewirausahaan.
Dengan diselesaiknya tugas makalah ini,kami harapkan dapat memenuhi syarat penilaian tugas kewirausahaan dan berguna untuk para pembacanya.
            Untuk dosen pengajar Bpk.Budiman dan teman-teman 2DA02 kami ucapkan banyak terimakasih atas segala dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Amin
Wassalamualaikum wr.wb
                                                                                                           
                                                                                                                              Gorontalo,April 2012
                                                                                                                       
                                                                                                                                    Penyusun














DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................... i                      
Daftar Isi.................................................................................................................... ii                           
BAB I. Pendahuluan................................................................................................. 1             
BAB II. Pembahasan................................................................................................. 3             
Definisi organisasi...................................................................................................... 3                 
Unsur-unsur organisasi............................................................................................... 5         
Masalah dan Solusi.................................................................................................... 9                
BAB III. Penutup...................................................................................................... 10                 
Daftar Pustaka........................................................................................................... 11

























BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
            Organisasi sebagai alat dalam arti abstrak untuk merealisir, apa yang menjadi keputusan starategik yang ditetapkan, maka mau tidak harus mengikuti atas perubahan lingkungan yang digerakkan oleh kekuatan kepemimpinan untuk hidup dan bertahan dalam abad 21, oleh karena itu, organisasi sebagai alat  dimanifestasikan terutama dalam hubungan dua faktor yang disebut dengan fleksibilitas disatu sisi dan disisi lain adalah dapat tidaknya dikontrol.
  Hal itu laksana perbedaan antara seorang bayi dan orang yang lebih tua. Bayi itu sangat fleksibel dan dapat memasukkan jari kakinya kedalam mulutnya, namun gerakan-gerakan dan perilakunya agak sulit dikontrol. Dengan meningkatnya usia kita akhirnya seseorang yang lebih tua juga akan kehilangan sifatnya yang dapat dikontrol.
Jadi ukuran dan waktu bukanlah penyebab pertumbuhan dan menjadi tua seolah-olah perusahaan yang besar dengan tradisi yang lama disebut tua, sedangkan perusahaan yang kecil tanpa tradisi disebut muda. Muda berarti organisasi itu dapat berubah dengan relative mudah, tua berarti adanya perilaku yang dikontrol namun tidak fleksibel.
            Oleh karena itu, suatu organisasi dalam abad 21, haruslah dibangun sebagai organisasi yang memiliki sifat fleksibel dan mudah dikontrol, maka organisasi itu tidaklah terlalu muda atau terlalu tua, tahap ini dinamakan PRIMA dalam daur hidup organisasi. Organisasi dalam keadaan prima, benar-benar diperlengkapi untuk menerima dan menanggapi perubahan yang cepat didalam pasar, teknologi, kompetisi dan kebutuhan pelanggan.
            Bertolak dari pemikiran bahwa kunci organisasi yang mampu mendukung daur hidup organisasi kedalam posisi PRIMA yang mampu diremajakan secara berkelanjutan terletak pada faktor fleksibilitas dan kontrol, oleh karena itu pemilihan model struktur organisasi sangat menentukan.
B.     Rumusan Masalah
       Pokok permasalan yang diangkat , meliputi :
1)      Apa definisi dari organisasi ?
2)      Unsur-unsur apa saja yang termasuk dalam organisasi ?
3)      Apa masalah dan Solusi yang ada dalam organisasi ?

C.    Tujuan
1)   Untuk mengetahui arti atau definisi dari organisasi
2)   Untuk mengetahui unsur-unsur didalam organisasi
3)   Untuk mengetahui masalah dan solusi yang ada didalam organisasi.

D.    Manfaat
1)   Memberikan informasi tentang organisasi dan berbagai macam didalamnya
2)   Berguna sebagai bahan acuan untuk mengetahui masalah apa dan solusi apa yang ada didalam organisasi.


















BAB II
PEMBAHASAN

1)      Definisi Organisasi
            Organisasi adalah adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uangmaterialmesinmetodelingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
            Adapun definisi organisasi menurut para ahli , sebagai berikut :
a.       Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama 
b.      James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
c.       Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
d.      Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
            Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.
            Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
           
            Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan.
            Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
            Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

2)      Unsur-unsur yang ada didalam organisasi
      Menurut Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi , sebagai berikut :
a.       Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
b.      Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.
c.       Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness.
      Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis yang ada dalam organisasi ,antara lain :
a.         Pikiran
b.         Tenaga
c.         Pikiran dan Tenaga
d.        Keahlian
e.         Barang
f.          Uang
      Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif, membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu sebagai berikut ini:
a.       Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran serta
b.      Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang, hendaknya dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek negative
c.       Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi dimana individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya
d.      Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman yang sama dengan komunikator, dan kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh komunikator
e.       Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil
f.       Para pihak yang bersangkutan bebas di dlam melaksanakan peran serta tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
g.      Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya didasarkan kepada kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan kepada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif.
      Bentuk-bentuk organisasi :
a.       Organisasi politik
b.      Organisasi sosial
c.       Organisasi mahasiswa
d.      Organisasi olahraga
e.       Organisasi sekolah
f.       Organisasi negara.
      Keefektifan organisasi :
      keefektifan organisasi akan didukung oleh kekuatan kebiasaan pikiran yang terkait dengan
1) Organisasi digerakkan oleh manusia dalam melaksanakan pekerjaan sejalan dengan sasaran dan rencana ;
2) Bentuk mengikuti fungsi  ;
3) Keputusan dibuat dekat sumber informasi ;
4) Sistem penghargaan ;
5) Komunikasi horizontal dan vertical ;
6) Menghindari konflik individu dan atau kelompok ;
 7) Membangun organisasi system terbuka ;
8) Organisasi berintraksi dengan lingkungan ;
9) Ada nilai kebersamaan yang didukung strategi manajemen ;
 10) Kekuatan dalam umpan balik untuk individu dan kelompok sehingga mampu mendorong belajar.
           
      Pendekatan organisasi :
       Keyakinan bahwa keefektifan organisasi tidak dapat dirumuskan karena ada perbedaan pandangan, oleh karena itu, maka pemahamannya melalui suatu pendekatan yang sering diungkapkan dengan apa yang disebut :
1)  Pendekatan pencapaian tujuan, menyatakan bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai dengan pencapaian tujuan ketimbang caranya.
2)  Pendekatan sistim, bahwa organisasi terdiri sub bagian yang saling berhubungan, oleh karena itu dinilai berdasarkan kemampuannya untuk dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan.
3)  Pendekatan stakeholders, dikatakan efektif apabila dapat memenuhi bagi pemilik adalah laba atau investasi, pertumbuhan penghasilan ; pegawai adalah kompensasi, tnjangan tambahan, kepuasaan pada kondisi kerja ; pelanggan adalah kepuasan terhadap harga, kualitas, pelayanan ; kreditur adalah kemampuan untuk membayar hutang.
4)  Pendekatan nilai-nilai bersaing, bertitik tolak dengan assumsi terdapat apa yang disebut dengan fleksibilitas (mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ; perolehan sumber (mampu meningkatkan dukungan dari luar dan memperluas jumlah tenaga kerja) ; perencanaan (tujuan jelas dan dipahami dengan benar) ; produktifitas (volume keluaran tinggi, rasio keluaran terhadap masukan tinggi) ; Ketersediaan informasi (saluran komunikasi membantu pemberian informasi kepada orang mengenai hal-hal yang mempengaruhi pekerjaan mereka) ; stabilitas (perasaan tenteram, kontinuitas, kegiatan berfungsi secara lancar) ; Tempat kerja yang kondusif (pegawai mempercayai, menghormati serta bekerja sama dengan yang lain) ; tenaga kerja terampil (pegawai memperoleh pelatihan, mempunyai keterampilan dan berkapasitas untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik).

3)      Masalah dan Solusi
            Masalah pertama dalam suatu organisasi itu terkadang tingkat control untuk memutuskan persoalan pengambilan keputusan tidak terkontrol dalam setiap anggota , maka dari itu terkadang pula hasilnya pun tidak baik . untuk solusi dalam permasalahan ini kita pecahkan dengan cara , mengurangi tingkat control untuk pengambilan keputusan dan dilakukan dengan cermat , agar proses pengambilan keputusan pun akan menjadi lebih sentralisasi.
            Masalah kedua dalam suatu organisasi itu terkadang para anggota salah untuk meletakan pondasi di dalam berbagai fungsi dalam suatu organisasi , dan menyebabkan hancur suatu organisasi , untuk masalah seperti ini kami sudah memiliki solusinya untuk suatu organisasi , yaitu memberika perhatian kepada setiap anggota di dalam suatu organisasi agar lebih mengerti dalam meletakan pondasi di dalam suatu organisasi.
            Masalah ketiga dalam suatu organisasi itu terkadang kekuasaan dari para anggota tidak menciptakan struktur yang sentralisasi , dan tidak sejalan kepada anggota , itulah yang tidak di pertanggung jawabkan di dalam suatu organisasi. Solusinya untuk masalah tersebut yaitu di dalam suatu oganisasi harus memiliki kekuasaan yang penting dalam setiap tugas dan fungsinya yang harus mereka pertanggung jawabkan di dalam suatu organisasi .
            Masalah keempat dalam suatu organisasi itu terkadang interdepensi merupakan factor yang sangat sulit untuk di selesaikan dari berbagai kelompok di dalam organisasi , oleh karna itu kami memiliki solusinya  akan tetapi masalah tersebut hanya dapat di tempuh dengan konsep alat-alat penghubung di antara para anggota dalam suatu organisasi.







                       
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
            Jadi kesimpulan dari seluruh isi diatas bahwa organisasi itu adalah suatu perkumpulan manusia dimana terdiri dari lebih 2 orang yang mencapai kesepakatan tujuan untuk bersama.
      Bentuk-bentuk organisasi pun banyak ragamnya. Dan setiap didalam organisasi pun sering terjadi masalah antara satu dengan lainnya,maka dalam memecahkan masalah tersebut harus dengan memikirkan solusinya yan tepat.

B. Saran
      Bahwa didalam organisasi harus tahu betul apa visi dan misi organisasi tersebut agar tidak terjadi misscomunication atau masalah antara tiap anggota dan kalau sudah terjadi masalah didalamnya kita harus memikirkan solusi atau jalan keluarnya.
     






















DAFTAR PUSTAKA

1.       Rachman,Abdul talib.  2010 . Pengembangan Organisasi: “ENTREPRENEUR MENDALAMI FAKTOR KUNCI ORGANISASI DALAM STRATEGI DAUR HIDUP ORGANISASI”. http://organisasiatr.wordpress.com/
2.        Septiyani,vivi indah. 2011. Perencanaan Organisasi Kewirausahaan . http://vivay.blog.com/2011/03/16/perencanaan-organisasi-kewirausahaan/




Senin, 23 April 2012

Artikel Kewirausahaan


KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN, MOTIVASI BERPRETASI
TERHADAP KEINGINAN BERWIRAUSAHA MAHASISWA
Oeh :
Alan Hasan
ABSTRAK
Kewirausahaan merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih baik dan bermutu. Kewirausahaan sangat besar peranannya di dalam perkembangan pertumbuhan ekonomi. Peran kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia. Kewirausahaan yang berbasis pada ekonomi rakyat ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Untuk itu perguruan tinggi sebagai lembaga yang menjadi salah satu panutan masyarakat dapat mendorong budaya berwirausaha. Perguruan tinggi diharapkan juga mampu menciptakan wirausahawan-wirausahawan yang handal, sehingga mampu meberi dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk berwirausaha. Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan, motivasi berprestasi dan self efficacy terhadap keinginan berwirausah. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuisioner kepada responden. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Karakteristik Kewirausahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Keinginan Berwirausaha.
Kata Kunci : Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Keinginan Berwirausaha Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
Kewirausahaan merupakan kegiatan untuk meningkatkan  kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih baik dan bermutu. Kewirausahaan sangat besar   peranannya di dalam perkembangan pertumbuhan  ekonomi. Oleh  karena  itu, peran  mahasiswa,  khususnya mahasiswa manajemen sangat besar maknanya bagi pengembangan ekonomi nasional. Dengan demikian seharusnya mahasiswa manajemen lebih memiliki  niat  untuk  menjalankan bisnis  dengan kemadirian  tinggi. (Tjahjono, 2008:2)
Peran kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis ekonomi yang  melanda  bangsa  Indonesia. Kewirausahaan  yang  berbasis  pada ekonomi rakyat ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Untuk itu perguruan tinggi sebagai lembaga yang menjadi  salah satu panutan masyarakat dapat  mendorong  budaya  berwirausaha. Perguruan  tinggi diharapkan  juga  mampu  menciptakan  wirausahawan-wirausahawan  yang handal,  sehingga mampu meberi dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat yang terdidik, sebagai harapan masyarakat dapat membuka lapangan kerja, dengan menumbuhkan niat berwirausaha.  (Tjahjono, 2008:2)
Mahasiswa yang menekuni ilmu manajerial khususnya kewirausahaan, diharapkan memiliki jiwa wirausaha yang tinggi, sehingga hal ini akan mampu membuka lapangan kerja yang lebih luas. Dengan kondisi tersebut, maka perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk mampu menyiapkan anak didiknya, khususnya jurusan manajemen untuk menjadi wirausaha yang unggul. Mahasiswa jurusan manajemen, supaya tidak mengantungkan kerja di orang lain, tetapi diperlukan keberanian untuk membuka usaha sendiri atau berwirausaha. (Tjahjono, 2008:2)
Kondisi seperti dijelaskan di atas, tentu menjadikan para mahasiswa berani  mengambul  keputusan  untuk berwirausaha.  Bagi  banyak  orang,  keputusan berwirausaha merupakan perilaku dengan keterlibatan tinggi (high  involvement)  karena  dalam mengambil keputusan akan melibatkan faktor internal seperti kepribadian, persepsi, motivasi, pembelajaran (sikap), faktor eksternal seperti keluarga, teman, tetangga dan lain sebagainya (norma subyektif). Kemudian mengukur kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived control behavior) yaitu suatu kondisi bahwa orang percaya tindakan itu mudah atau sulit untuk dilakukan dengan memahami berbagai risiko atau rintangan-rintangan yang ada apabila mengambil tindakan tersebut. (Tjahjono, 2008:2)
Di  samping  itu,  menurut  pengamat  aktivitas  kewirausahaan (Entrepreneurial activity) yang relatif masih rendah. Entrepreneurial activity diterjemahkan  sebagai  individu  aktif  dalam  memulai  bisnis  baru  dan dinyatakan dalam persen total penduduk aktif bekerja. Semakin rendah indek entrepreneurial activity maka semakin rendah level entrepreneurship suatu negara, dan dampaknya pada tingginya  pengangguran. Kondisi di  atas mengisaratkan betapa masalah pengangguran menjadi masalah yang sangat serius.
Beberapa pihak menyoal keberadaan lulusan perguruan tinggi saat ini (Siswoyo,  2009:  114). Menurut Hendarman, Direktur Kelembagaan Dikti Depdiknas   menyatakan ”data  pengangguran   terdidik   di   Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya.” Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator).  Hal  ini  disebabkan  sistem  pembelajaran  yang  diterapkan  di berbagai  perguruan  tinggi  saat  ini,  yang  umumnya  lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan   untuk   menciptakan   pekerjaan.   Ciputra (dalam   Direktorat Kelembagaan Dikti, 2009) menyatakan: ”Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu jangan hanya diajarkan bagaimana bisa bekerja dengan baik, tetapi dipacu untuk bisa menjadi pemilik dari usaha-usaha sesuai latar belakang ilmu mereka,”.
Pendidikan  harus  dijalankan  dengan  kreatif.  Pendidikan kewirausahaan harusnya membekali mahasiswa untuk mandiri dan tidak berorientasi menjadi pencari kerja ketika yang bersangkutan menyelesaikan studinya. Hal ini menurut  Sadino (2008) dalam  Siswoyo (2009: 115) mengatakan  sebagai dampak dari sistem pendidikan Indonesia yang kebanyakan masih menggunakan prinsip belajar untuk tahu, bukan untuk melakukan sesuatu.
Fenomena di atas seharusnya dapat dijadikan bahan pemikiran, bagaimana  agar  dapat menciptakan lapangan kerja baru yang dapat menampung karyawan, tidak  lagi berpikir untuk mempersiapkan diri menjadi calon karyawan yang mencari pekerjaan, terutama bagi individu yang terdidik, misalnya mahasiswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,maka penulis mengambil inisiatif untuk mengangkat judul yang berhubungan dengan Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan,Motivasi Berprestasi Terhadap Keinginan Berwirausaha Mahasiswa.

I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan  pokok  pikiran  pada  latar  belakang  tersebut  diatas,  maka penulis merumuskan permasalahan, yaitu :
1.      Apakah  Karakteristik  Kewirausahaan  berpengaruh  terhadap  keinginan berwirausaha ?
2.      Apakah Motivasi Berprestasi berpengaruh terhadap keinginan berwirausaha ?
3.      Bagaimana sikap wirausaha yang dikembangkan?
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan yang hendak dicapai berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun meliputi :
1.      Untuk mengetahui karakteristik dan pengaruh kewirausahaan terhadap keinginan berwirausaha khususnya para mahasiswa.
2.      Untuk menganlisis pengaruh motivasi terhdap keinginan  berwirausaha
3.      Untuk mengetahui sikap wirausaha yang perlu dikembangkan.
I.4 Manfaat Penelitian
Dalam penulisan ini, Penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi setip pembaca yang meliputi:
1.      Dengan  adanya  penelitian  ini  dapat  membarikan  masukan  bagi perusahaan di dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
2.      Dengan  adanya  penelitian  ini  dapat  memberikan  kesempatan  kepada
penulis  untuk  membahas  mengenai  ilmu-ilmu  yang  diterima  selama masa perkuliahan ke dalam praktek lapangan.
3.      Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain apabila akan mengadakan penelitian lebih lanjut. 




BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Karakteristik Kewirausahaan
Wirausahawan yang unggul yang mampu menciptakan kreativi­tas dan inovasi sebagai dasar untuk hidup, tumbuh dan berkembang umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang merupakan proses jangka panjang berdasarkan pengalaman dan pendidikan. Beberapa karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan (Zimmerer, and Scarborough, 1998; Kuratko & Hoodgets, 2007) sebagai berikut:
1. Desire for responsibility
Wirausaha yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya sumberdaya yang dimiliki dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung risiko usaha se­perti: risiko keuangan, risiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu meminimalkan risiko.
2. Tolerance for ambiguity
Ketika kegiatan usaha dilakukan, mau-tidak mau harus berhubung­an dengan orang lain, baik dengan karyawan, pelanggan, pe­masok bahan, pemasok barang, penyalur, masyarakat, maupun aturan legal formal. Wirausaha harus mampu menjaga dan mem­pertahankan hubungan baik dengan stakeholder. Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hat yang biasa. Kemampuan un­tuk menerima keberagaman merupakan .suatu ciri khas wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka panjang.
3. Vision
Wirausaha yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas kedepan yang harus dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, cita-cita dan motivasi mengapa perusahaan hidup, dan wi­rausaha akan menterjemahkan ke dalam tujuan, kebijakan, ang­garan, dan prosedur kerja yang jelas. Wirausaha yang tidak jelas visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa arah yang jelas, se­hingga kecenderungan untuk gagal sangat tinggi.


4.   Tolerance for failure
Usaha yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan balk waktu biaya dan tenaga. Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap kegagalan usaha.
5.   Internal locus of control
Didalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang ung­gul adalah yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri. Kerasnya tekanan kehidupan, persaingan binis, perubahan yang begitu cepat dalam dunia bisnis akan meningkatkan tekanan ke­jiwaan balk mental, maupun moral dalam kehidupan kesehari­an. Wirausaha yang mampu mengendalikan dirinya sendiri akan mampu bertahan dalam dunia bisnis yang makin komplek.
6. Continuous Improvement
Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, mengangap peng­alaman sebagai sesuatu yang berharga dan melakukan perbaikan terus-menerus. Pengusaha selalu mencarihal-hal baru yang akan memberikan manfaat balk dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan dimasa depan.
7. Preference for moderate risk.
Dalam kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas risiko. Sifat wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat mengambil resiko, yaitu risk seeking (orang yang suka dengan risiko tinggi), moderat risk (orang yang memiliki sifat suka mengambil risiko sedang), dan risk averse (orang memiliki sifat suka menghidari risiko) Pada umumnya wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko yang moderate/sedang, di mana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini seja­lan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan di tanggung sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman pribadi yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan (Zimmerer, and Scarborough, 1998)
8. Confidence in their ability to success.
Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk meiakukan banyak hal dengan baik dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakin­an kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan menurunkan semangat juang dalam melakukan bisnis.
9. Desire for immediate feedback.
Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menunut wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang. Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari pengakuan atas prestasi secara terus-menerus.
10. High energy level
Wirausaha pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan usaha sejalan dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha memiliki semangat atau energi yang cukup tinggi dibanding kebanyakan orang. Risiko yang harus ditanggung sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bergairah dan mampu menggu­nakan daya geraknya, ulet tekun dan tidak mudah putus asa.
11. Future orientation
Keuntungan usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu
melihat peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besuk, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggui selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkat­kan kinerja usaha.
12. Skill at organizing
Membangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengor­ganisasi sumberdaya yang dimiliki berupa sumber-sumber ekono­mi berujud maupun sumber ekonomi tak berujud untuk mendapat manfaat maksimal. Wirausaha memiliki keahlian dalam melaku­kan organisasi balk orang maupun barang. Wirausaha yang ung­gul ketika memiliki kemampuan portofolio sumberdaya yang cu­kup tinggi untuk dapat bertahan dan berkembang.
13. High Commitment
Memunculkan usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar berhasil. Disiplin dalam bekerja dan pada umumnya wirausaha membenamkan diri dalam kegiatan tersebut guna ke­berhasilan cita-citanya. Scarborough, et.all (2006) mengungkap­kan step, langkah terakhir seorang wirausaha untuk meningkat­kan kreativitas pendorong kewirausahaan adalah “work, work, work,….”
14. Flexibility
Perubahan yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin berhasil. Kemampuan beradaptasi dengan per­ubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha, ber­tumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan dengan kolega se­perti; kemampuan menyesuaikan diri dengan perilaku wirausaha lain, kemampuan bernegosiasi dengan kolega mencerminkan kompentensi wirausaha yang unggul.
II.2 Motivasi Berpretasi
Motivasi berpretasi tercermin dari setiap apa yang dihasilkan oleh mahasiswa dalam hal pnegembangan diri dan mampu bersosialisasi dengan orang banyak. Sifat dari mahasiswa juga merupakan factor terpenting dalam pengembangan jiwa wirausaha setiap individu mahasiswa itu sendiri. Adapun tolok ukur dalam kewirausahaan didasari oleh cirri dan sifat kewirausahaan.
Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
·         Percaya diri
·         Berorientasikan tugas dan hasil
·         Pengambil risiko
·         Kepemimpinan
·         Keorisinilan
·         Berorientasi ke masa depan
·         Jujur dan tekun
Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:
·         Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
·         Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki inisiatif.
·         Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
·         Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
·         Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
·         Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
·         Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.
II.3. Sikap Wirausaha
Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.
Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Keinginann berwirausaha memang sangat sulit untuk dijalankan oleh kebanyakan orang,khususnya para mahasiswa. Akan tetapi memberikan ilmu pengetahuan mengenai wirausaha sangatlah penting untuk diajarkan oleh para pendidik khususnya para dosen pengajar mata kuliah tersebut. Disatu pihak ini menjadi sebuah tantangan bagaimana caranya untuk menumbuhkan jiwa usaha terhadap orang banyak,namun dilain pihak ini menjadi sebuah keharusan bagi para pendidik untuk memperkenalkan,mengajarkan, dan memberikan ilmu pengetahuan mengani wrausaha dan bagaimana kita bisa terjun ke dunia tersebut dalam hal ini dunia usaha itu sendiri.
Saran
Sebagai mahasiswa,pengetahuan tentang kewirausahaan memang harus dimiliki, karena memang setiap mahasiswa memperoleh mata kuliah tentang kewirausahaan. Namun untuk menumbuhkan jiwa wirausahawan terhadap setip orang khususnya para mahasiswa memang sangat sulit, apa lagi bisa sampai terjun ke dunia tersebut yaitu dunia usaha. Dalam hal ini peran pendidik sangatlah penting untuk memperkenalkan bagaimana sebenarnya dunia usaha tersebut. Untuk itu, mengajarkan ilmu pengetahuan tentang wirausaha tidak hanya berdasarkan teori, akan tetapi harusnya lebih pada pengimplementasiannya. Karena setiap orang khususnya para mahasiswa memiliki cara pandang tersendiri mengenai hal bagaimana ia bisa terjun dan memerankan peran sebagai wirausahawan.     










DAFTAR PUSTAKA
Aaltonen, Priscilia Gaudet, 2004. “Customer Relationship Marketing and Effects
of Demographics and Technology on Customer Satisfaction and Loyalty in
Financial Services,” Dissertation, Old Dominion University.
Masykur Wiratmo, Pengantar Kewiraswastaan Kerangka Dasar
Memasuki Dunia Bisnis, BPFE . UGM Yogyakarta, edisi Pertama;